Sekolah muhammadiyah di tengah persaingan

Pembelajaran inovatif -> proses interaksi yang pro-perubahan antara peserta didik dengan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. -> menumbuhkan dan mengembangkan daya imajinasi, kreasi, inovasi, nalar, rasa keingintahuan, dan eksperimentasi untuk menemukan kemungkinan-kemungkinan baru, yang tidak tertambat pada tradisi dan kebiasaan pembelajaran yang lebih mementingkan memorisasi dan recall.

Ciri-ciri profesionalisme :

  1. memiliki landasan pengetahuan yang kuat
  2. berdasarkan kompetensi individual
  3. memiliki sistem seleksi dan sertifikasi
  4. ada kerjasama dan kompetisi yang sehat
  5. ada kesadaran profesional yang tinggi
  6. memiliki prinsip etik (kode etik)
  7. memiliki sistem sanksi profesi
  8. adanya militansi individual
  9. memiliki organisasi profesi

7 (tujuh) fungsi pendidikan :

  1. to teach
  2. to mentor
  3. to discover
  4. to publish
  5. to reach beyond the wall
  6. to change
  7. to tell the truth

( disam paikan oleh Prof. Suyanto, Ph.D. dalam seminar nasional yang diadakan oleh suara muhammadiyah di gedung PP. muhammadiyah tanggal 14 juli 2007)

Tugas penyelenggaraan pendidikan muhammadiyah

Ada 10 tugas yang harus dilakukan oleh penyelenggaraan pendidikan muhammadiyah yaitu :

  1. membina dan meningkatkan suasana keislaman dan kemuhammadiyahan pada setiap lembaga pendidikan yang diselenggarakan.
  2. meningkatkan mutu penyelenggaraan pendidik dan tenaga kependidikan serta hasil pendidikan.
  3. mengesahkan dan menempatkan pendidik dan tenaga kependidikan
  4. meningkatkan kesejahteraan tenaga pendidik dan tenaga kependidikan
  5. mengembangkan dan memelihara sarana dan prasarana pendidikan
  6. mengetur dan mengawasi biaya pendidika
  7. mengesahkan RAPBS
  8. mengesahkan laporan pertanggungjawaban keuangan dan perkembangan pendidikan.
  9. melakukan penilaian terhadap pelaksanaan tugas kepala sekolah dan wakil kepala sekolah
  10. mempertanggung jawabkan tugasnya kepada pimpinan persyarikatan.

dengan 10 tugas diatas, tugas penyelenggaraan pendidikan muhammadiyah dimasa yang akan datang cukup berat. kemajuan dan kemunduran sekolah-sekolah muhammadiyah sangat ditentukan oleh kinerja penyelenggara pendidikan.

(disampaikan oleh Imam Rabandi, Dr, Eng Ketua Majelis dikdasmen PWM Jatim)

Pendidikan Muhammadiyah ditengah persaingan

potensi yang dimiliki oleh muhammadiyah ialah bahwa muhammadiyah merupakan nama besar dan telah dikenal dalam masyarakat secara luas. gerakan amal usaha muhammadiyah dalam bidang pendidikan telah diakui masyarakat, sehingga keberadaannya dipercaya dan diterima masyarakat. pengakuan dan kepercayaan masyarakat yang luas terhadap pendidikan muhammadiyah antara lain dapat dilihat dari latar belakang siswa yang bersifat “multi kultural”. pendidikan memiliki hubungan timbal balik (interelasi) dalam masyarakat. menurut imam bardnadib, pola interelasiantara pendidikan dengan masyarakat bersifat dialekti, yaitu bahwa pendidikan berpengaruh terhadap perkembangan masyarakat, dan sebaliknya masyarakat yang telah terdidik merupakan input bagi pendidika, sehingga nanti pada gilirannya nanti pendidikan mengalami perubahan sebagai konsekuensi dari penyesuaian diri dengan tuntutan masyarakat

(disampaikan oleh Bapak Tasman Hamami ketua majelis Dikdasmen PW Muhammadiyah DIY)

itulah sekedar oleh-oleh buat teman-teman dan rekan-rekan yang membaca pada blog saya ini. semoga oleh-oleh ini dapat bermanfaat bagi kita semua. ini adalah pembahasan yang cukup singkat yang sempat saya catat pada seminar nasional yang bertemakan “sekolah muhammadiyah di tengah persaingan” yang di selenggarakan oleh suara muhammadiyah di gedung PP. Muhammadiyah Cikditiro yogyakarta pada 14 juli 2007.

3 tanggapan untuk “Sekolah muhammadiyah di tengah persaingan”

  1. Kita harus terus berpikir untuk kemajuan pendidikan muhammadiyah, kita sudah ketinggalan jauh dengan sekolah-sekolah nasrani, jangan berhenti memikirkan Muhammadiyah yang kita cintai ini, berhenti berpikir berarti siap tergilas, dan akan semakin jauh tertinggal,akhirnya akan malu sendiri.

  2. Muhammadiyah tidak akan kehilangan relevansi dalam jaman apapun dan tidak akan kalah ebrsaing, sebab kritis. Kebohongan2 publik bisa mereka kritisi, seperti Pak Amien dan Buya Syafi’i Maarif. Mereka hebat. Lihat, saat ini, ini pemerintah apa lagi ya? Rakyat hanya dijadikan alat dan dianggap sampah. Padahal kita sesama manusia harus saling menghargai dan menghormati. Tetapi kita perlu memerangi mentalitas yang buruk dan orang-orang tidak kapabel dan kita perlu bersama atau kelompok masing-masing. Lihatlah filosofi semut. Kenapa ini perlu, sebab di dunia ini tak ada kebenaran mutlak. Kecuali hukum fisika. Itu juga tidak mutlak penuh. Dan bagi kami orang Cina/Tionghoa, kami orang hanya lebih suka yang klasik yaitu yang ikut Muhammadiyah atau NU. Kami tidak suka yang jenggot2 seperti orang2 PKS, atau orang2 Muslim ektrim lainnya, seperti aliran Maliki, Hambali dan lainnya yang baru “diimpor” ke Indonesia belum lama, dan cenderung ekstrim, ada yang pakai jengot, norak. Ahmadiyah sebetulnya baik dan orang-orangnya tidak ekstrim. Tapi karena baik dan bisa banyak pengikut, maka difitnah dan dijegal bahkan mereka dibunuh. Padahal, negeri ini bukan negara Islam, tapi sekuler berdasarkan Ketuhanan YME seperti pada Pancasila, dasar negara, ini sangat penting. Artinya, orang boleh beragama apasaja memilih aliran apasaja selama tidak melanggar hukum nasional.

    Dan ini soal penting. Perombakan kabinet? Mutlak penting. Bayangkan, seorang menteri diangkat hanya karena dulu suka demo dan sok aksi di depan Kedubes Amerika memanfaatkan isu laris-manis yaitu Palestina-Israel. Membela sesama manusia di Palestina penting, tapi jangan sampai kita diperalat oleh tokoh-tokoh yang suka mengeksploitasi sentimen sesama manusia atau agama atau etnis untuk kepentingan dia-dia orang.

    Padahal itu hanya untuk mendapat kursi menteri atau persentase perolehan dalam pemilu. Itu permainan mudah dibaca dari PKS. Kini terbukti sudah bahwa Tifatul Sembiring tidak kapabel. Semua orang tahu pasti dan harusnya dia sudah di-reshuffle sejak dulu. SBY sendiri sejak dulu sudah di atas angin, padahal, dia menang hampir mutlak pada pemilu 2009. Tapi SBY takut tanpa alasan, dengan memutuskan membuat “jaring pengaman” tak perlu yaitu koalisi bersama PKS dan Golkar. Sekarang SBY baru tahu kalau Menkominfo itu, Tifatul Sembiring, tidak berguna. Kalau sudah begini, apa tidak pemborosan itu orang. Negara mau dikemanakan kalau sudah begini? Itu uang rakyat diboroskan hanya untuk menggemukkan kabinet. Pada kabinet SBY, terlalu banyak menteri dan komisi.

Tinggalkan Balasan ke Ibu Seina Batalkan balasan